Kodrat Keadaan

Kodrat Keadaan

Menghubungkan Pendidikan dengan Kodrat Alam Murid

Kodrat alam merupakan dasar pendidikan murid yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana mereka berada. Menurut Ki Hajar Dewantara, segala perubahan yang terjadi pada murid terhubung dengan kodrat keadaan, baik itu alam maupun zaman. Oleh karena itu, sebagai pendidik, penting bagi kita untuk menghubungkan dasar pendidikan murid dengan kodrat alam mereka.

Dalam menghubungkan pendidikan dengan kodrat alam murid, kita harus memahami latar belakang dan lingkungan hidup mereka. Misalnya, jika mayoritas murid tinggal di perkotaan, kita perlu melihat mereka sebagai bagian dari masyarakat perkotaan. Dalam hal ini, pembelajaran yang diterima oleh murid sebaiknya dapat membantu mereka mendekatkan diri dengan konteks atau kodrat alamiah mereka. Sebaliknya, jika guru memberikan ilmu dan wawasan di luar konteks lingkungan murid, hal ini dapat menjauhkan mereka dari kodrat alam mereka. Sebagai contoh, jika mayoritas murid adalah anak petani karet, memberikan wawasan tentang menjaga kelestarian dan ekosistem laut mungkin tidak sesuai dengan kodrat alam mereka.

Sebagai pendidik, kita juga dapat berperan sebagai penghubung murid dengan sumber-sumber belajar yang ada di sekitar mereka. Hal ini bisa berupa sumber-sumber belajar di sekolah maupun sumber-sumber belajar digital yang mengaitkan setiap materi dengan konteks kehidupan murid. Misalnya, jika materi yang diajarkan adalah menjaga kelestarian alam, kita dapat menghubungkannya dengan merawat pohon karet agar produksi getahnya semakin baik kualitasnya atau membersihkan gulma yang mengganggu pertumbuhan pohon karet. Dengan cara ini, pembelajaran menjadi lebih relevan dengan kodrat alam murid.

Menghubungkan Pendidikan dengan Kodrat Zaman Murid

Kodrat zaman merupakan bagian dasar pendidikan murid yang berhubungan dengan isi dan irama pendidikan yang bergerak dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Sebagai pendidik, kita perlu menyadari bahwa pendidikan saat ini berbeda dengan masa lalu, dan pendidikan masa kemerdekaan berbeda dengan pendidikan pada abad ke-21. Oleh karena itu, kita harus beradaptasi dengan kodrat zaman untuk membantu murid mencapai kesuksesan dan kebahagiaan.

Perubahan zaman adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dan dicegah. Perubahan tersebut akan terjadi tanpa diminta, namun banyak dari kita yang belum menyadari akan hal tersebut. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita harus siap beradaptasi dengan perubahan tersebut. Misalnya, kemajuan teknologi telah merubah cara belajar dan berinteraksi murid. Jika kita tidak siap dan tidak beradaptasi dengan baik, murid mungkin tidak akan mampu hidup berdampingan dengan perubahan zaman.

Sebagai contoh, jika seorang guru terbiasa mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan hanya menyampaikan informasi yang sudah tersedia di mesin pencari atau digital, maka murid tidak akan memiliki kompetensi yang relevan dengan keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi, dan berkolaborasi. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita perlu memberikan pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan kecakapan tersebut.

Pendekatan tersebut harus mengakomodasi perubahan yang terjadi dalam pendidikan secara global. Namun, Ki Hajar Dewantara mengingatkan agar kita tetap memilah pengaruh-pengaruh dari luar mana yang sesuai dengan kearifan lokal, sosial, dan budaya Indonesia. Dalam era informasi yang berlimpah saat ini, kita tidak bisa membatasi, menolak, atau memilih informasi secara langsung. Banyak pengaruh luar yang terus-menerus membanjiri kita. Oleh karena itu, perlu membantu murid untuk mengembangkan kecakapan berpikir kritis dalam menerima dan merespon informasi tersebut.

Penting bagi kita untuk menanamkan kearifan lokal yang logis kepada murid agar mereka dapat menjadi bijak dalam kehidupan mereka. Dengan memegang kuat kearifan lokal budaya Indonesia, kita juga akan mampu merespon pengaruh-pengaruh luar dengan bijak. Hal ini akan menjaga adopsi muatan dan konten pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Dengan demikian, kodrat alam dan kodrat zaman akan semakin menguat dalam mendidik murid-murid kita.

Asas Trikon

Dalam mewujudkan dan menjaga hal tersebut, kita perlu mengikuti prinsip-prinsip perubahan yang disebut sebagai asas trikon oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu kontinyu, konvergen, dan konsentris. Kontinyu mengacu pada kemajuan kebudayaan yang merupakan lanjutan langsung dari kebudayaan itu sendiri. Konvergensi mengarah pada kesatuan kebudayaan dunia atau kemanusiaan. Sementara itu, konsentris mengharuskan kebudayaan memiliki karakteristik dan sifat kepribadian sendiri sebagai pusatnya dalam lingkungan kebudayaan dunia atau kemanusiaan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat melakukan perubahan kebudayaan bangsa Indonesia tanpa tertinggal.

Kebudayaan Indonesia akan berjalan beriringan dengan kebudayaan lain dan tetap memiliki karakteristik dan ciri khasnya sendiri. Sebagai pendidik, refleksikanlah apakah kita telah membantu memberikan pembelajaran berdasarkan kodrat keadaan murid. Dan yang lebih penting lagi, kita harus memikirkan apa yang dapat kita lakukan agar kodrat keadaan murid dapat menuntun kekuatan dan potensi mereka. Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita akan dapat membantu murid dalam mengembangkan diri mereka sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman mereka.

Teacher

Unleashing the potential of education through technology.

You might also like